Kolase dari beberapa tulisan saya di beberapa mailing list sekitar medio
September 2003.
Entah disadari atau tidak, pertanyaan-pertanyaan di atas memiliki tautan benang merah
yang bermuara pada "gugatan" terhadap keberadaan Adam dan Hawa sebagai
satu-satunya pasangan manusia ketika bumi ini bermula (diciptakan Tuhan). Dan secara tidak
kentara, pertanyaan-pertanyaan itu pun akan menggiring kita ke persoalan yang lebih gaduh,
yakni pertarungan panjang [namun saya yakini tidak akan abadi] antara teori evolusi
(yang dianggap sebagai sangkur ilmu pengetahuan) dengan doktrin kreasi (yang
dianggap sebagai perisai iman).
Sayangnya, hingga kini belum ada satu pun bukti ilmiah yang mampu memberi sokongan kuat
bagi keyakinan kaum kreasionis yang menyatakan bahwa seluruh umat manusia yang ada hingga
sekarang di bumi ini adalah keturunan Adam-Hawa kecuali kisah yang dituturkan guru Sekolah
Minggu pada kanak-kanak :-). Sebaliknya dengan teori evolusi yang kian hari kian bertambah
bukti pendukungnya.
Diskusi semacam ini dapat dikatakan sudah menjadi menu klasik alias selalu berulang di
berbagai milis, yang intinya sama saja: iman versus akal-budi (ilmu pengetahuan).
1. Masa Keberadaan Manusia
Sebelum memasuki padang pertarungan penuh onak dan jerat tersebut, ada baiknya jika
kita terlebih dahulu memperbandingkan informasi yang ada perihal masa keberadaan mahluk
yang disebut manusia di bumi ini.
# Alkitab
Alkitab mencatumkan silsilah manusia sejak Adam-Hawa sebagai berikut:
SUMBER |
NAMA |
USIA SAAT
BERKETURUNAN |
TAHUN
LAHIR |
Kejadian 5:1-32 |
Adam
Set
Enos
Kenan
Mahalaleel
Yared
Henokh
Metusalah
Lamekh
Nuh |
130
105
90
70
65
162
65
187
182
500 |
0
130
235
325
395
460
622
687
874
1.056 |
Kejadian 11:10-26 |
Sem
Arpakshad
Selah
Eber
Peleg
Rehu
Serug
Nahor
Terah |
100
35
30
34
30
32
30
29
70 |
1.556
1.656
1.691
1.721
1.755
1.785
1.817
1.847
1.876 |
Kejadian 21:5-26 |
Abram/Abraham |
100 |
1.946 |
Kejadian 21:5-26 |
Ishak
Yakub |
60
? |
2.046
2.106 |
Dengan demikian, keberadaan manusia di bumi sejak Adam sampai dengan lahirnya
Abram/Abraham menurut Alkitab adalah 1.946 tahun.
Lalu, Injil Matius 1:17 memberikan informasi sebagai berikut:
Inilah silsilah Yesus Kristus, anak Daud, anak Abraham.
- Abraham memperanakkan Ishak,
- Ishak memperanakkan Yakub,
- Yakub memperanakkan Yehuda dan saudara-saudaranya,
- Yehuda memperanakkan Peres dan Zerah dari Tamar,
- Peres memperanakkan Hezron,
- Hezron memperanakkan Ram,
- Ram memperanakkan Aminadab,
- Aminadab memperanakkan Nahason,
- Nahason memperanakkan Salmon,
- Salmon memperanakkan Boas dari Rahab,
- Boas memperanakkan Obed dari Rut,
- Obed memperanakkan Isai,
- Isai memperanakkan raja Daud.
- Daud memperanakkan Salomo dari isteri Uria,
- Salomo memperanakkan Rehabeam,
- Rehabeam memperanakkan Abia,
- Abia memperanakkan Asa,
- Asa memperanakkan Yosafat,
- Yosafat memperanakkan Yoram,
- Yoram memperanakkan Uzia,
- Uzia memperanakkan Yotam,
- Yotam memperanakkan Ahas,
- Ahas memperanakkan Hizkia,
- Hizkia memperanakkan Manasye,
- Manasye memperanakkan Amon,
- Amon memperanakkan Yosia,
- Yosia memperanakkan Yekhonya dan saudara-saudaranya pada waktu pembuangan ke Babel.
- Sesudah pembuangan ke Babel, Yekhonya memperanakkan Sealtiel,
- Sealtiel memperanakkan Zerubabel,
- Zerubabel memperanakkan Abihud,
- Abihud memperanakkan Elyakim,
- Elyakim memperanakkan Azor,
- Azor memperanakkan Zadok,
- Zadok memperanakkan Akhim,
- Akhim memperanakkan Eliud,
- Eliud memperanakkan Eleazar,
- Eleazar memperanakkan Matan,
- Matan memperanakkan Yakub,
- Yakub memperanakkan Yusuf suami Maria, yang melahirkan Yesus yang disebut Kristus.
Jadi seluruhnya ada: empat belas keturunan dari Abraham sampai Daud, empat belas
keturunan dari Daud sampai pembuangan ke Babel, dan empat belas keturunan dari pembuangan
ke Babel sampai Kristus.
Dengan demikian terdapat 42 generasi dari Abraham hingga Yesus. (Jangan tanya saya saat
ini mengapa angka di atas bukan 14 + 14 + 14 melainkan 13 + 14 + 12 :-).)
Dengan menggunakan umur rata-rata manusia ketika memperanakkan generasi berikutnya,
kita bisa memperkirakan jumlah totalnya. Agar tidak tanggung-tanggung, kita gunakan saja
pengandaian yang sangat ekstrim bahwa seorang manusia baru memperanakkan generasi
berikutnya pada akhir hayatnya, yakni usia 120 tahun (bdk. Kejadian 6:3). Maka, jarak yang
terbentang dari Abraham hingga Yesus adalah 42 x 120 tahun = 5.040 tahun.
Ditambah dengan masa keberadaan manusia sejak Adam hingga lahirnya Abraham, jumlahnya
menjadi 5.040 + 1.946 = 6.986 tahun.
Dengan memberi kelonggaran toleransi yang cukup ugal-ugalan hingga 30%, kita peroleh
angka 6.986 x 1,3 = 9.081,8 tahun.
Ditambah jarak antara tahun kelahiran Yesus (diasumsikan pada tahun 0 yang imajiner
itu!) terhadap saat ini, maka keberadaan manusia di bumi adalah 9.081,8 + 2.003 = 11.084,8
tahun.
Agar tidak memboroskan memori otak, kita bulatkan saja angka tersebut secara moderat ke
atas menjadi 12.000 tahun. Pembulatan yang sudah sangat longgar tersebut rasanya
cukup adil untuk mengabaikan selisih 6 hari yang terentang antara saat penciptaan bumi
dengan saat penciptaan manusia. Dengan demikian, angka 12.000 tahun tersebut dapat kita
perlakukan sebagai umur bumi juga.
Ada cukup banyak variasi angka yang diajukan perihal umur bumi. Misalnya
Ussher [4004], Yahudi [3760], Septuaginta [5270], Josephus [5555], Kepler [3993],
Melanchton [3964], Martin Luther [3961], Lightfoot [3960], Hales [5402], Playfair [4008],
Lipman [3916], dan lain-lain. (The Genesis Record, H.M. Morris, halaman 45, Baker Book
House, Grand Rapids, Michigan, U.S.A., 1990).
# Ilmu Pengetahuan
Di sisi lain, temuan arkeologi-paleontologi tentang fosil-fosil manusia purba dan tahun
kehadirannya di bumi yang saya sadur dari tulisan Zhao Yun pada tanggal 4 Mei 2000 di
milis proletar@yahoogroups.com
memberikan informasi sebagai berikut:
- Ardipithecus Ramidus (± 4,4 juta tahun)
- Australopithecus Anamensis (± 3,9 juta tahun)
- Australopithecus Afarensis (± 3 juta tahun)
- Australopithecus Africanus (± 2 juta tahun)
- Australopithecus Garhi (± 2,5 juta tahun)
- Australopithecus Aethiopus (± 2,3 juta tahun)
- Australopithecus Robustus (± 2 s/d 1,5 juta tahun)
- Australopithecus Boisei (± 2 s/d 1,1 juta tahun)
- Homo Habilis (handy man, sudah mengenal peralatan, ± 2 s/d 1,5 juta tahun)
- Homo Erectus (± 1,8 juta tahun s/d 300.000 tahun)
- Homo Sapiens (± 500.000 tahun)
- Homo Sapiens Neandherthalis (± 230.000 s/d 30.000 tahun)
- Homo Sapiens Sapiens (manusia modern, ± 120.000 tahun)
"Loncatan" besar pertama terjadi pada Homo Habilis dengan munculnya hominid
yang mampu menggunakan peralatan. Diperkirakan Homo Habilis ini adalah kelanjutan dari
genus Australopithecan karena banyak kesamaan antara keduanya.
"Loncatan" kedua terjadi pada Homo Erectus. Diperkirakan Homo Erectus ini
sudah menggunakan api dan peralatan sederhana yang terbuat dari batu. Penyebaran situs
penemuan menunjukkan bahwa semua Homo Habilis dan Australopithecan ditemukan di benua
Afrika, tetapi Homo Erectus ditemukan di seluruh dunia (dari Jawa, Afrika, Peking sampai
Eropa).
"Loncatan" ketiga terjadi pada Homo Sapiens Sapiens (manusia modern).
Penyelidikan pada kultur Cro-Magnon yang termasuk manusia modern menunjukkan
bahwa spesies ini bisa berbahasa dan punya kebudayaan civilization cukup tinggi
(lukisan, ukiran, bahkan musik sederhana).
Studi perbandingan temuan-temuan fosil pada masa Paleolitikum (± 30.000 tahun) dan
Mesolitikum (± 10.000 tahun) menunjukkan bahwa bentuk wajah, dagu, dan susunan geligi
mengalami perubahan yang makin "modern" pada fosil yang makin muda. Ini
menunjukkan adanya perubahan diet makanan dan kondisi alamiah yang makin
ber-"budaya".
Studi persamaan gen menunjukkan bahwa Australopithecus Robustus, Australopithecus
Boisei dan Australopithecus Aethiopicus bukanlah nenek moyang manusia
modern. Artinya mereka adalah spesies yang berbeda dari garis nenek
moyang manusia modern.
Homo Neandherthalis juga bukanlah nenek moyang manusia modern. Studi
perbandingan genetik menunjukkan bahwa manusia Neandherthal ini mempunyai struktur DNA
yang berbeda dari manusia modern.
Teori terbaru tentang penyebaran manusia modern adalah Out of Africa
yang menduga bahwa Homo Sapiens Sapiens ini berkembang di Afrika dan menyebar ke seluruh
dunia serta mendesak Homo Neandherthalis yang sudah lebih dahulu bermukim di Eropa hingga
punah.
Anda bisa klik di http://www.sciam.com/1999/0899issue/0899infocus.html jika tertarik
pada analisis terbaru tentang teori ini.
Sedang apakah ada "perkawinan" silang antara Homo Sapiens Sapiens
(Cro-Magnon) dengan manusia Neandherthal, masih merupakan debat yang belum konklusif.
Ringkasnya, ilmu pengetahuan mengajukan temuan fosil Ardipithecus Ramidus sebagai
manusia tertua yang pernah/sudah ditemukan yang sudah hadir di bumi ini sekitar 4,4 juta
tahun yang lalu. Dan fosil manusia modern yang dinamakan Homo Sapiens Sapiens berasal dari
masa sekitar 120.000 tahun yang lalu. Hal ini berarti bahwa umur bumi jauh lebih
tua lagi.
2. Narasi Alkitab
Kini, mari kita simak Alkitab yang menjadi pemicu munculnya dua pertanyaan yang
mengawali topik bahasan ini.
Alkitab menuturkan bahwa Adam-Hawa adalah sepasang manusia pertama di dunia, yang
diciptakan Tuhan di Taman Eden. Akibat melanggar larangan Tuhan, mereka diusir keluar dari
Taman Eden ke dunia luas. Mereka kemudian memiliki anak: Kain dan Habel. Karena Kain
membunuh Habel, maka Tuhan menghukum Kain dengan mengusirnya dari tanah tempat Adam-Hawa
bermukim di luar Taman Eden.
Amatlah menarik membaca fragmen Alkitab yang mengisahkan protes Kain atas hukuman yang
dijatuhkan Tuhan:
Kata Kain kepada TUHAN: "Hukumanku itu lebih besar dari pada yang dapat
kutanggung. Engkau menghalau aku sekarang dari tanah ini dan aku akan tersembunyi dari
hadapan-Mu, seorang pelarian dan pengembara di bumi; maka barangsiapa yang akan bertemu
dengan aku, tentulah akan membunuh aku."
Firman TUHAN kepadanya: "Sekali-kali tidak! Barangsiapa yang membunuh Kain akan
dibalaskan kepadanya tujuh kali lipat." Kemudian TUHAN menaruh tanda pada Kain,
supaya ia jangan dibunuh oleh barangsiapapun yang bertemu dengan dia.
Lalu Kain pergi dari hadapan TUHAN dan ia menetap di tanah Nod, di sebelah timur Eden.
Kejadian 4:13-16
# Calon Pembunuh Kain
Dari ayat-ayat di atas, terbaca jelas bahwa Kain khawatir dibunuh oleh orang
lain yang akan ditemuinya dalam pengembaraan setelah meninggalkan kawasan
kediaman Adam-Hawa di luar Taman Eden. Siapakah orang lain yang ditakutinya? Tentunya
bukan Adam-Hawa. Lalu siapa?
Berbasiskan asumsi bahwa manusia ciptaan Tuhan hanyalah Adam-Hawa, maka orang yang
ditakuti Kain tersebut sudahlah pasti keluarga kandungnya sendiri, baik yang dilahirkan
dari Adam-Hawa (yakni Set dan adik-adiknya) ataupun keturunan mereka.
Jika orang itu adalah saudara kandung Kain, maka kisah di atas tidaklah memberikan
pemahaman yang melegakan, karena kita akan dihadapkan pada beberapa persoalan.
- Set dan adik-adiknya lahir setelah Kain sekian lama pergi. Bagaimana Kain bisa tahu pada
saat itu bahwa Adam-Hawa akan memiliki anak lagi? Hal ini patut kita cermati, karena bukan
Tuhan yang memberitahu Kain mengenai masa depan, melainkan Kainlah yang pertamakali
menengarai keberadaan orang tersebut pada waktu itu. Dalam hal ini, Kain
mengkhawatirkan ancaman tersebut akan terjadi sejak awal pengembaraannya, bukan pada masa
yang akan datang yang entah kapan setelah Set dan adik-adiknya lahir.
- Jika orang itu adalah saudara kandung Kain, kemungkinan besar dia tinggal bersama-sama
Adam-Hawa, bukan akan bertemu Kain di perjalanan. Mengapa dia harus keluar dari tanah
tempat Adam-Hawa bermukim?
- Sebagai anak Adam-Hawa, tentulah orang itu mengetahui bahwa Kain adalah saudara
kandungnya sendiri. Lalu, mengapa Tuhan memandang perlu memberi tanda khusus pada kening
Kain yang menimbulkan kesan bahwa orang itu sama sekali tidak mengenal Kain? Kain, Set,
dan adik-adiknya yang lain pastilah amat bodoh sehingga dalam pikiran mereka tidak pernah
terbersit gagasan bahwa manusia lain selain dirinya pastilah saudaranya sekandung dari
Adam-Hawa, bapak-ibu mereka.
(Jika Adam-Hawa tidak pernah bercerita tentang Kain-Habel maupun
kedudukan mereka sebagai satu-satunya manusia ciptaan Tuhan, darimanakah datangnya narasi
Adam-Hawa dan keturunannya sebagaimana tercantum dalam Alkitab?)
- Kalaupun Adam-Hawa tidak pernah bercerita mengenai Kain-Habel pada Set dan adik-adiknya,
tidaklah berlebihan jika kita mengasumsikan Kain mengetahui bahwa manusia yang lain
pastilah saudara kandungnya sendiri. Tetapi, anehnya, Kain menyebutnya sebagai "orang
lain yang ditemuinya di perjalanan" yang menyiratkan keasingan.
Walhasil, cukup sukar untuk menerima kemungkinan bahwa orang yang dimaksud adalah
saudara kandung Kain. Kesulitan yang sama juga berlaku bagi para keturunan Set dan
saudara-saudaranya.
Dengan memperhatikan secara seksama kata-kata Kain ("barangsiapa yang
bertemu dengan aku") dan sabda Tuhan ("barangsiapa yang membunuh
Kain"), mencuat isyarat penunjukan pada siapa pun manusia yang belum
teridentifikasi secara pribadi. Jika saat itu hanya ada Adam-Hawa-Kain setelah Habel mati,
mengapa Kain dan Tuhan menunjuk pada sosok yang tidak/belum dikenal namun dianggap sudah
eksis sebelum Kain menetap di Nod?
Tanpa kegegapgempitaan, hal ini merupakan sebuah tanda kecil tentang sudah adanya
manusia lain selain keluarga Adam-Hawa.
# Istri Kain
Pada ayat selanjutnya dari kisah Kain dalam Alkitab tercantum:
Kain bersetubuh dengan isterinya dan mengandunglah perempuan itu, lalu melahirkan
Henokh; kemudian Kain mendirikan suatu kota dan dinamainya kota itu Henokh, menurut nama
anaknya.
Kejadian 4:17
Siapakah perempuan yang dikawini Kain saat menetap di tanah Nod setelah diusir dari
kediaman Adam-Hawa? Jika manusia yang ada saat itu hanyalah Adam-Hawa dan keturunannya
saja, maka hanya merekalah kemungkinannya.
Jika Kain mengawini saudara perempuannya sekandung dari Adam-Hawa secara incest,
maka kita akan dihadapkan pada beberapa argumentasi bantahan sebagai berikut:
- Saat diusir dari tanah kediaman Adam-Hawa, Kain tidak memiliki saudara lain. Set baru
lahir saat Adam berusia 130 tahun, entah berapa tahun setelah Kain pergi ke tanah Nod.
Entah kapan pula anak-anak perempuan Adam-Hawa dilahirkan. Bahkan, bukannya tidak mungkin
mereka dilahirkan setelah Kain mati :-(.
- Jika dirunut berdasarkan urutan ayatnya (yang berarti membaca Alkitab secara harafiah
sebagaimana lazim dilakukan oleh kaum kreasionis-literalis!), maka perkawinan Kain dengan
seorang perempuan tersebut sudah lebih dulu terjadi dibanding lahirnya Set maupun
anak-anak perempuan Adam lainnya.
- Tidak ada petunjuk dalam Alkitab yang memberi gambaran tentang anak-anak perempuan
Adam-Hawa maupun keturunannya yang lain yang menyusul Kain dan kemudian dikawini oleh Kain
setelah kepergiannya dari kediaman Adam-Hawa.
Mungkinkah Kain mengawini anak perempuan Set alias mengawini keponakannya sendiri yang
lahir entah berapa puluh atau ratus tahun setelah Kain? Jika memang demikian, patut
disangsikan bahwa keturunan Adam-Hawa tidak mengenal Kain. Otomatis, langsung gugur
pulalah peluang mereka sebagai calon pembunuh Kain. Amatlah janggal (dan sekaligus
merendahkan kecerdasan :-) ) jika kita beranggapan bahwa mereka tidak mengenali paman
sekaligus ipar mereka sendiri, konon pula membunuhnya.
Agaknya, tidaklah terlalu berlebihan jika kita mengandaikan sudah ada manusia lain
selain keluarga Adam-Hawa-Kain.
# Lawan Lamekh
Lebih lanjut lagi, Alkitab bertutur:
Bagi Henokh lahirlah Irad, dan Irad itu memperanakkan Mehuyael dan Mehuyael
memperanakkan Metusael, dan Metusael memperanakkan Lamekh.
Lamekh mengambil isteri dua orang; yang satu namanya Ada, yang lain Zila.
Ada itu melahirkan Yabal; dialah yang menjadi bapa orang yang diam dalam kemah dan
memelihara ternak. Nama adiknya ialah Yubal; dialah yang menjadi bapa semua orang yang
memainkan kecapi dan suling.
Zila juga melahirkan anak, yakni Tubal-Kain, bapa semua tukang tembaga dan tukang besi.
Adik perempuan Tubal-Kain ialah Naama.
Berkatalah Lamekh kepada kedua isterinya itu: "Ada dan Zila, dengarkanlah suaraku:
hai isteri-isteri Lamekh, pasanglah telingamu kepada perkataanku ini: Aku telah membunuh
seorang laki-laki karena ia melukai aku, membunuh seorang muda karena ia memukul aku
sampai bengkak; sebab jika Kain harus dibalaskan tujuh kali lipat, maka Lamekh tujuh puluh
tujuh kali lipat.
Kejadian 4:18-24
Siapa pulakah seorang laki-laki muda yang dibunuh oleh Lamekh? Apakah kerabatnya
sendiri? Jika benar demikian, mengapa Lamekh tidak memberikan gambaran yang cukup jelas,
bahkan mengesankan bahwa orang itu sama sekali tidak dikenal? Ataukah orang itu sama
sekali tidak ada hubungan darah dengan Lamekh?
Menurut hemat saya, bukanlah merupakan sebuah kejumawaan jika kita mencoba mengisi
"lubang" yang disisakan oleh Alkitab dengan kemungkinan telah adanya manusia
[jenis] lain selain yang berasal dari jalur Adam-Hawa-Kain. Dengan membuka diri terhadap
kemungkinan-kemungkinan tersebut, tampaknya pertanyaan awal tentang "orang yang
ditakuti Kain akan membunuhnya jika bertemu" maupun "istri Kain" mulai
menemukan titik terangnya.
Namun persoalan masih jauh dari selesai :-(.
source unknown |
Berbagai pertanyaan, paparan, dan kemungkinan yang terlontar sepanjang pembahasan ini
kerap menjadi bayang-bayang horor yang menempatkan iman dan akal-budi di sisi yang
berbeda, bahkan bertentangan secara diametral.
Bagaimanakah pertanggungjawaban iman kita terhadap kebenaran yang disodorkan ilmu
pengetahuan? Bagaimana menyikapi 2 hal yang [kelihatannya] bertentangan seperti itu
sementara berlaku pemeo "truth cannot contradict with truth"?
Mana yang harus kita genggam? Atau, lebih lanjut lagi, bagaimana menyikapi keduanya tanpa
harus menjadikan diri kita mendua?
Karena saya tidak memosisikan Alkitab sebagai buku panduan ilmiah sekaligus beranggapan
bahwa iman tidaklah harus bertentangan dengan ilmu pengetahuan, maka saya patut
mempertimbangkan kebenaran yang diajukan oleh bukti ilmiah. Oleh sebab itu saya harus
mencari "ruang" yang disisakan oleh Alkitab bagi ilmu pengetahuan.
3. Spesies Manusia
Secara genetika, tentunya Adam-Hawa termasuk Homo Sapiens Sapiens juga seperti kita.
Karena usia keberadaan manusia di bumi menurut Alkitab secara literal tidaklah lebih dari
12.000 tahun, maka terbentanglah kesenjangan waktu terhadap ilmu pengetahuan sebesar
120.000 - 12.000 = 108.000 tahun. Bukan jarak yang sangat kecil sehingga dapat
diabaikan!
Dari kesenjangan waktu itu, timbul pertanyaan:
- Fosil Homo Sapiens Sapiens siapakah yang muncul di bumi sekitar 108.000 tahun sebelum
Adam itu?
- Apakah manusia-manusia [purba] selain Homo Sapiens Sapiens itu tidak dapat dikategorikan
sebagai manusia juga? Apakah mereka dianggap sebagai binatang? Kalau begitu, binatang
macam apakah yang cukup tinggi inteligensia dan citarasanya sehingga ada di antara mereka
yang sudah mengenal peralatan dan peradaban sebagaimana layaknya manusia?
Untuk sementara ini, kita tinggalkan saja dulu pertanyaan nomor 1 untuk dibahas dalam
kesempatan lain :-).
Hasil uji DNA dan perbandingan fosil menunjukkan bahwa jalur geneaologi manusia bukan
berupa garis lurus (tunggal, linier) melainkan bercabang-cabang. Dalam hal ini, manusia
yang lebih purba (lebih dulu eksis) belum tentu merupakan nenek moyang manusia pada masa
berikutnya. Demikian pula manusia yang hidup pada jaman yang sama (misalnya Homo Sapiens
Neanderthalis dan Homo Sapiens Sapiens yang sama-sama masuk kelompok "manusia
modern") tidaklah menunjukkan bahwa mereka sejenis.
Lalu, siapakah nenek moyang manusia lain yang tidak termasuk golongan Homo Sapiens
Sapiens itu? Siapakah yang menciptakan mereka?
Dengan mempertimbangkan pendakuan Alkitab bahwa seluruh alam semesta ini tanpa kecuali
adalah ciptaan Tuhan, tentulah mereka pun merupakan ciptaan-Nya.
Jadi, siapakah manusia pertama di bumi ini?
Mengacu pada berbagai hal yang sudah dibahas sebelumnya, maka tindakan paling masuk
akal bagi persoalan ini adalah menerima kenyataan tentang sudah adanya manusia lain
(bahkan jenis lain!) yang hidup di luar kawasan Taman Eden maupun tempat bermukim keluarga
Adam-Hawa setelah diusir dari Taman Eden.
Jika diasumsikan bahwa Adam-Hawa-Kain adalah spesies tertentu hasil ciptaan Tuhan di
Eden, maka bisa diasumsikan juga bahwa manusia di luar kawasan itu adalah spesies manusia
lain (entah Neanderthal, Cro-Magnon, atau yang lain) yang salah satunya akhirnya kawin
dengan Kain [maupun yang dibunuh oleh Lamekh].
Pertanyaannya: Mungkinkah terjadi persilangan semacam itu?
Walaupun masih menjadi diskursus yang belum konklusif di kalangan ilmiawan, hal itu
ternyata bukanlah sebuah kemustahilan. Artikel di bawah ini menguatkan dugaan mengenai
kemungkinan pernah terjadinya persilangan manusia modern Homo Sapiens Sapiens dengan Homo
Neanderthal.
September 23, 2003
Jawbone Hints at Europe's Earliest Modern Humans
Scientists have uncovered yet another tiny piece of the puzzle of our origins. Findings
published online this week by the Proceedings of the National Academy of Sciences describe
a lower jawbone that they say is the earliest evidence of anatomically modern humans in
Europe.
Three Romanian spelunkers recovered the mandible in February 2002 at a site in the
southwestern Carpathian Mountains known as Pestera cu Oase, or the "Cave with
Bones." The cave also housed other fossils including a facial skeleton, a temporal
bone and a partial braincase that are currently undergoing examination. Radiocarbon
analysis dates the jawbone to between 34,000 and 36,000 years ago, report Erik Trinkaus of
Washington University and his colleagues.
"The jawbone is the oldest directly dated modern human fossil," Trinkaus
remarks. "Taken together, the material is the first that securely documents what
modern humans looked like when they spread into Europe. Although we call them 'modern
humans,' they were not fully modern in the sense that we think of living people."
According to the researchers, the jawbone provides perspective on the emergence of
anatomically modern humans in the northwestern Old World, which is a far from simple
story. The two most prominent theories are the Out of Africa model, which states that Homo
sapiens arose in Africa between 150,000 and 200,000 years ago and went on to replace
archaic hominids such as the Neandertals, and the multiregional evolution model, which
holds that modern humans instead emerged from these archaic populations across the Old
World.
The newly characterized jawbone has many features in common with remains of other early
modern humans found at sites in Africa, the Middle East and later European locales, but
the large face size inferred from the jaw also hints at the retention of some archaic
characteristics. Notes Trinkaus, "the specimens suggest that there have been clear
changes in human anatomy since then."
In 1999, Trinkaus and his colleagues reported on the discovery of a 25,000-year-old
skeleton from Portugal said to share a mix of Neandertal and modern characteristics. The
Pestera cu Oase finds, he adds, "are also fully compatible with the blending of
modern human and Neandertal populations."
Sarah Graham
http://www.sciam.com/article.cfm?articleID=000DAD6B-8816-1E5E-A98A809EC5880105
Hasil penelitian ilmiah tersebut kian mengokohkan kemungkinan adanya manusia-manusia
lain di luar Taman Eden yang [semula] menjadi tempat mukim Adam-Hawa. Merekalah yang (1)
ditakuti Kain akan membunuhnya, (2) diperistri oleh Kain, maupun (3) dibunuh oleh Lamekh.
Dengan demikian, terjawablah pertanyaan nomor 2 di atas, bahwa mereka pun pantas disebut
manusia. Dus, Adam-Hawa bukanlah satu-satunya pasangan manusia yang diciptakan oleh Tuhan,
dan juga bukan yang pertama :-).
Berdasarkan paparan di atas, saya berpendapat bahwa Alkitab sendiri tidak menutup,
bahkan menyodorkan, peluang terhadap kemungkinan tersebut. Dan saya pun yakin bahwa
Alkitab akan terus memberikan pengetahuan baru yang menjadikan kita lebih rasional dalam
beriman. Hanya saja, kita kerap tidak/belum siap menghadapinya. Padahal pengetahuan baru
itu tidak membuat iman kita jadi kacau-balau, melainkan mendekonstruksi belenggu
doktrin-doktrin kekanak-kanakan yang menjadikan kita robot-robot tanpa pengertian.
Lalu, bagaimana menyikapi kisah penciptaan alam semesta dan manusia sebagaimana
dituturkan dalam Alkitab?
Kita bahas lain waktu :-).
4. Iman vs Akal-budi atau Tafsir Alkitab vs Ilmu Pengetahuan?
Kian banyak diskusi yang saya ikuti, kian terkristal pula keyakinan saya bahwa
pemahaman Alkitab secara literal perlu dikembalikan pada Alkitab dalam bentuk pengkajian
kritis. Diskusi-diskusi tersebut justru menuntun saya menemukan pencerahan bahwa Alkitab
terbuka pada berbagai pembuktian ilmiah yang [menurut sebagian orang] dianggap
bertentangan dengan Alkitab. Lebih jauh lagi, Alkitab tidaklah menampik (untuk tidak
menggunakan kata "mendukung") paham evolusi yang ditopang oleh berbagai
pembuktian ilmiah.
Tuhan meminta kita mengasihi-Nya juga dengan segenap akal-budi selain
dengan hati, jiwa, dan kekuatan (bdk. Lukas 10:27). Itulah yang seharusnya kita lakukan,
bukannya menganiaya akal-budi pemberian Tuhan dengan mengimani serta mengamini secara
membabi-buta doktrin-doktrin irrasional. Apalagi jika itu hanya bersandar pada dongeng
yang dituturkan di Sekolah Minggu yang disampaikan seturut tingkat penalaran kanak-kanak
:-(.
Namun, hingga kini, kebanyakan gereja [tentu saja] masih enggan mengajarkan hal-hal
yang [dianggap] dapat "mengusik" kepercayaan para anggota jemaatnya bahwa Tuhan
adalah pencipta manusia, dengan Adam-Hawa sebagai manusia ciptaan-Nya yang pertama. Bisa
bubar gereja jika anggota jemaatnya mulai menyangsikan keabsahan Alkitab tentang
penciptaan :-). Pemikiran semacam ini akan lebih mustahil disampaikan ke hadapan jemaat
jika gereja tersebut (termasuk doktrin, pendeta, teolog, dan sebagainya) merupakan
pendukung aliran kreasionisme.
Sikap pemegang otoritas gereja tentunya bisa dimaklumi jika dikaitkan dengan kedewasaan
dan kesiapan iman para anggota jemaatnya. Jemaat yang masih muda dan rentan imannya tentu
akan mudah terkacaukan jika diperhadapkan pada pernyataan yang [seakan-akan] bertentangan
dengan apa yang tertera dalam Alkitab. Untuk itulah kita perlu mendewasakan iman kita dan
sesama agar siap menerima sodoran data, fakta, dan argumentasi ilmiah sebagai suatu
kenyataan tanpa harus merongrong iman.
Walau demikian, tidak semua gereja gentar berhadap-hadapan dengan ketajaman sangkur
ilmiah. Paus Yohanes Paulus II melalui pernyataan tertulis dalam sidang Akademi Ilmu
Pengetahuan Kepausan pada tanggal 23 Oktober 1996 di Vatikan menyatakan bahwa Gereja
Katolik Roma tidak menafikan teori evolusi bahkan mengakui bahwa teori itu lebih dari
sekedar teori serta tidak bertentangan dengan iman Kristen.
Sejatinya iman dan akal-budi bukanlah dua seteru yang memaklumkan perang abadi
sebagaimana pernyataan Martin Luther bahwa "reason is the enemy of faith"
melainkan sebagai mitra setia yang saling bersekutu guna menghayati kekuasaan dan
kemuliaan Tuhan dalam ketakjuban khusyuk tak terkatakan. Dan hal itu memang bukanlah
pekerjaan yang mudah, melainkan pergumulan pedih nan kunjung usai namun sekaligus
menggairahkan sebagaimana layaknya sebuah misteri.
Fides quaerens intellectum. Iman mencari/menantang pengetahuan.
Anselmus
Kitab Suci dan dunia alami (kodrati) sama-sama keluar dari Firman ilahi, yang pertama
sebagai yang dititahkan oleh Roh Kudus, yang kedua sebagai pelaksana sangat setia
perintah-perintah Allah.
Galileo Galileii, "Surat pada Romo Benedetto
Castelli", 21 Desember 1613
Iman kepercayaan dan akal budi menyerupai dua sayap yang menjadi sarana roh manusia
naik untuk mengkontemplasikan kebenaran; dan Allah telah menaruhkan dalam hati manusia
keinginan untuk mengetahui kebenaran pendek kata, untuk mengetahui diri-Nya
supaya, dengan mengetahui dan mencintai Allah, manusia pria dan wanita juga dapat mencapai
kepenuhan dan kebenaran tentang diri mereka sendiri (lih. Keluaran 33:18; Mazmur 27:8-9;
63:2-3; Yohanes 14:8; 1Yohanes 3:2).
Paus Yohanes Paulus II, "Fides et Ratio", Roma, 14
September 1998
Pada akhirnya, Fides et ratio. Iman DAN akal-budi.
Jumat, 12 September 2003 02:46
[revisi: Selasa, 19 Agustus 2008 06:07]