Versi cetak

Selasa, 14 Oktober 2003 07.31

Karunia Keselamatan

— Antara Pemilihan dan Kesempatan

Snail
source unknown

1. Ketidaklayakan Manusia

Ada seorang rekan diskusi yang mengajukan tesis kondisi manusia sebagai berikut:

Semua manusia tanpa kecuali tidak ada yang layak dihadapan Allah. Patut menerima murka-adil Allah. Tidak memiliki pengharapan dan pertolongan untuk memperoleh keselamatan, baik dari dirinya sendiri atau di luar dirinya maupun dari dunia ini.

Secara pribadi, saya sama sekali tidak punya masalah dengan tesis tersebut. Semenjak manusia pertama jatuh ke dalam dosa, maka semua manusia menanggung akibatnya; yakni kerja, penderitaan, dan kematian. Dan dalam saat yang sama, saya juga tidak bermasalah dengan pernyataan bahwa keselamatan itu adalah anugerah Tuhan, yang tidak mungkin diperoleh manusia dari upayanya saja. Keselamatan adalah hak prerogatif Tuhan.

Jika hal itu yang dimaksud sebagai ketidaklayakan manusia di hadapan Allah, mari kita gunakan konsep tersebut dalam diskusi ini demi memudahkan pembicaraan.

Tetapi, sangatlah keliru jika mengartikan saya menganggap diri layak di hadapan Tuhan ketika saya mempersoalkan dimana letak kasih dan keadilan Tuhan jika keselamatan itu diberikan Tuhan melalui pemilihan awal yang sudah ditetapkan sejak semula (predestinasi). Bukan demikian maksudnya. Saya hanya merasa perlu mengenali secara baik Tuhan yang [katanya] penuh kasih dan keadilan itu melalui kacamata predestinasi.

2. Pengenalan akan Tuhan

Sebagai orang beragama, saya merasa perlu untuk MENGENAL Tuhan yang saya sembah, karena itulah yang berkali-kali diajarkan Yesus. Maka, saya perlu mengenali Allah melalui pengenalan saya pada Yesus.

Sekiranya kamu mengenal Aku, pasti kamu juga mengenal Bapa-Ku. Sekarang ini kamu mengenal Dia dan kamu telah melihat Dia."
— Yohanes 14:7

Oleh sebab itu, saya berharap agar persoalan ini jangan dijadikan sumir dengan dalih "tidak boleh mempertanyakan keadilan Tuhan". Itu hanya alasan yang tidak lebih dari kilah (denial) yang sangat mirip dengan penguasa di jaman Orde Baru ataupun otoritarianisme monarki absolut a-la Louis XIV yang mengatakan "L'etat c'est moi" (negara adalah saya), yang membuat keputusan mutlak tanpa boleh dipertanyakan sama sekali.

Yesus yang saya kenal dari Injil telah memperkenalkan Allah yang penuh kasih dan keadilan, bukan Allah otoriter yang tidak boleh dipertanyakan sebagaimana halnya Allah dalam Perjanjian Lama (PL).

Maka, sangatlah wajar jika seseorang bertanya, "Dimana letak keadilan dan kasih yang digembar-gemborkan oleh orang Kristen jika dari semua manusia [yang tidak layak itu] hanya sebagian saja yang akan selamat berdasarkan pemilihan awal yang dilakukan Tuhan [bahkan] sebelum manusia dan alam semesta ini ada?"

3. Injil Bukanlah Kabar Baik Kasih Allah?

Kalau memang demikian halnya, maka semua jargon kasih yang menjadi andalan orang Kristen akan menjadi omong-kosong yang menggelikan. Dengan demikian, semua orang Kristen yang mewartakan kabar baik (Injil) kepada orang lain sebenarnya tidak lebih dari penipu murahan karena mereka tidak sejak awal jujur mengatakan bahwa Allah sudah memilih orang-orang tertentu saja untuk diselamatkan. Dan sudah jelas bahwa hal itu bukanlah sebuah kabar baik!

Saya belum pernah menemukan orang yang mengabarkan Injil kepada orang lain dengan diawali penjelasan tentang konsep pemilihan ini. Pada umumnya, semua selalu diawali dengan kata-kata "Allah/Yesus mengasihi saudara". Bukankah ini sebuah penipuan?

Jika kita maju dengan konsep pemilihan awal ini, jangankan orang baru, orang yang sudah lama menjadi Kristen pun akan mempertanyakan kejelasan konsep kasih dan keadilan Allah.

Lagipula, bagaimana orang bisa mempercayai omongan kita, sementara kita tidak bisa membuktikan bahwa kita (yang mengabarkan Injil) adalah orang pilihan Allah? Ibarat orang buta menuntun orang buta, akan sama-sama terjerumus ke dalam lubang!

4. Ke-Bapa-an Allah

Yesus membahasakan "Bapa" kepada Allah bukan dengan maksud sekedar pemanis sapaan. Makna yang dibawa dengan kata itu mengubah secara drastis konsep Allah yang tidak/belum banyak tersentuh dan dieksplorasi dalam PL. Allah yang diperkenalkan Yesus adalah Allah yang peduli pada semua orang, karena semua orang adalah buah karya-Nya juga.

Sekali lagi, saya contohkan: apakah mungkin kita, sebagai seorang ayah/ibu, memutuskan akan memilih salah satu anak kita sebagai pewaris kita sementara anak lain akan dibuang? Padahal anak-anak itu belum lahir. Dan dalam hal ini, kita sama sekali tidak akan memperhitungkan apa yang akan berlangsung pada diri masing-masing anak tersebut.

Mungkinkah kita melakukan kekejaman semacam itu?

Jika kita saja tidak mungkin melakukannya, mengapa Allah yang mahakasih dan mahaadil (yang artinya jauh melampaui kemampuan manusia untuk melakukannya) malah melakukan perbuatan yang jauh lebih rendah daripada manusia? Bahkan binatang saja tidak sekejam itu, sebagaimana digambarkan dalam pepatah "harimau tidak akan memakan anaknya sendiri".

Dan kasih Allah itu secara gamblang sudah digambarkan oleh Yesus:

Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan. Adakah seorang dari padamu yang memberi batu kepada anaknya, jika ia meminta roti, atau memberi ular, jika ia meminta ikan? Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya."
— Matius 7:7-11

Yesus menyatakan bahwa kasih Allah terbuka bagi setiap orang yang mau meminta, bukan bagi orang yang sudah dipilih saja.

Dalam kesempatan lain, kita bisa membahas makna "orang-orang terpilih".

5. Penebusan Yesus adalah Kesempatan bagi Semua Orang

Dalam pemahaman saya, setiap orang [yang tidak layak itu] berhak memperoleh kesempatan untuk selamat asal mereka mau bertobat. Dengan demikian, menjadi sangat jelaslah tujuan kedatangan Yesus ke dunia ini, bukan sekedar sandiwara konyol.

Dalam suratnya kepada jemaat di Roma, Paulus mengatakan bahwa kejatuhan Adam ke dalam dosa mengakibatkan semua orang beroleh hukuman (berdosa). Tetapi, karena Yesus, maka semua orang pun memperoleh kesempatan (pembenaran) untuk hidup.

Sebab itu, sama seperti oleh satu pelanggaran semua orang beroleh penghukuman, demikian pula oleh satu perbuatan kebenaran semua orang beroleh pembenaran untuk hidup. Jadi sama seperti oleh ketidaktaatan satu orang semua orang telah menjadi orang berdosa, demikian pula oleh ketaatan satu orang semua orang menjadi orang benar.
— Roma 5:18-19

Sebagai konsekuensi logisnya, baik hukuman maupun penebusan ini tidak ditujukan pada orang-orang tertentu (pilihan) saja. Masakan semua orang ditakdirkan menanggung akibat dosa yang diawali oleh Adam tetapi tidak semua orang diperkenankan mendapat kesempatan diselamatkan?

Apakah mungkin Tuhan yang mahakasih dan mahaadil itu menjatuhkan hukuman pada semua orang tetapi tidak memberi pengampunan pada semua orang juga? Padahal hukuman massal itu sendiri bukan keinginan mereka.

Betapa menggelikannya. Sama sekali tidak sesuai dengan gambaran Allah yang disampaikan oleh Yesus.

6. Pertobatan adalah Pemenuhan Kesempatan

Tentu saja pertanyaan apakah seseorang akan benar-benar memperoleh keselamatan adalah soal lain yang tergantung pada keputusan mutlak Allah. Tetapi, semua orang sudah dibukakan kesempatan untuk memperoleh keselamatan itu.

Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka.
— 2 Korintus 5:15

Kelanjutan dari kesempatan itu memang terserah kepada orang yang bersangkutan, apakah mau menerima kebenaran yang sudah diajarkan dan diperlihatkan oleh Yesus atau tidak.

Itulah yang baik dan yang berkenan kepada Allah, Juruselamat kita, yang menghendaki supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran. Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus, yang telah menyerahkan diri-Nya sebagai tebusan bagi semua manusia: itu kesaksian pada waktu yang ditentukan.
— 1 Titus 2:3-6

Dalam pemahaman orang Kristen, kesediaan ini diwujudkan dalam bentuk kerelaan dipimpin oleh Yesus.

Dan sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya, dan sesudah Ia mencapai kesempurnaan-Nya, Ia menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya, dan Ia dipanggil menjadi Imam Besar oleh Allah, menurut peraturan Melkisedek.
— Ibrani 5:8-10

Sehingga, jelaslah keadilan Tuhan itu, yakni semua orang akan dihakimi menurut perbuatannya, bukan karena pilihan yang tidak adil itu.

Dan jika kamu menyebut-Nya Bapa, yaitu Dia yang tanpa memandang muka menghakimi semua orang menurut perbuatannya, maka hendaklah kamu hidup dalam ketakutan selama kamu menumpang di dunia ini.
— 1 Petrus 1:17

Yang pada intinya adalah kasih Allah yang menginginkan semua manusia bisa selamat dengan pertobatannya (berbalik pada Allah).

Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat.
— 2 Petrus 3:9

Jika orang Kristen konsisten dengan jargon klasiknya bahwa Yesus adalah Juruselamat semua manusia, bahkan dikatakan sebagai Juruselamat dunia, maka orang Kristen harus mau menerima kenyataan bahwa semua manusia pun memiliki kesempatan untuk memperoleh keselamatan itu.

Itulah sebabnya kita berjerih payah dan berjuang, karena kita menaruh pengharapan kita kepada Allah yang hidup, Juruselamat semua manusia, terutama mereka yang percaya.
— 1 Timotius 4:10

Walau orang Kristen percaya bahwa mereka yang percaya kepada Yesus akan memperoleh keutamaan dalam keselamatan, hal itu sama sekali tidak berarti bahwa Yesus datang hanya untuk sebagian orang terpilih saja.

Jadi, perlu digarisbawahi, bahwa yang saya tentang bukanlah masalah "semua manusia tidak layak di hadapan Tuhan" melainkan "pemilihan yang tidak jelas juntrungannya, yang sama sekali jauh dari gambaran kasih dan keadilan Tuhan". Penekanan saya adalah "semua orang mempunyai kesempatan untuk selamat melalui penebusan Yesus".

— Selasa, 14 Oktober 2003 07:31
[revisi: Senin, 18 Agustus 2008 23:37]

From: logoscriptura <logoscriptura@yahoo.com>
To: Bible-Forums@yahoogroups.com; fordian@yahoogroups.com; alkitab-LAI@yahoogroups.com
Sent: Monday, 13 October 2003 14:26
Subject: [Bible-Forums] Semua manusia tidak ada yang layak...! --> sdr. alof

Date: Sat, 11 Oct 2003 08:29:56 +0700
From: "~alof"
Subject: Re: Re: Hati-hati dengan pengajaran Predestinasi.....!?-->Sdr. Yohannes

----------cut-------------cut----------

Intinya adalah: panggilan dan keselamatan adalah terbuka bagi SEMUA ORANG yang mau mendengarkan ajaran Yesus. Sehingga sangat bisa dipahami untuk apa Yesus datang. Bukan hanya untuk mempermanis sandiwara konyol dan tragis yang dirancang oleh penguasa yang absurd, otoriter, tidak adil, tidak mengasihi ciptaannya sendiri, serta hanya memberikan harapan kosong; melainkan sungguh-sungguh mewartakan kabar baik tentang kasih Allah.

Salam,
~alof

S14K:
Kalau anda membuat pernyataan diatas, apakah itu berarti anda tidak setuju dengan tesis 3? Menurut kesimpulan saya, anda percaya bahwa manusia yang sudah jatuh kedalam dosa masih layak dihadapan Allah. Untuk lebih meyakinkan saya, mohon Anda membuat antitesis dari tesis 3. Sehingga perbedaan kita menjadi jelas dan terhindar dari diskusi yang tidak sehat.

Mari kita lihat tesis nomor 3:

"Semua manusia tanpa kecuali tidak ada yang layak dihadapan Allah. Patut menerima murka-adil Allah. Tidak memiliki pengharapan dan pertolongan untuk memperoleh keselamatan, baik dari dirinya sendiri atau diluar dirinya maupun dari dunia ini".

Mungkin ini yang Anda maksud ketika anda mempertanyakan keadilan Allah:

"Dimanakah keadilan Allah, kalau untuk sebagian orang Dia memberikan kasih-Nya (orang pilihan), dan membiarkan sisanya untuk menerima penghukuman?"

Sdr. Alof, kita sebenarnya sekali-kali tidak boleh mempertanyakan keadilan Allah. Karena menurut keadilan Allah, kita semua tanpa kecuali harusnya dihukum di Neraka. Setuju..??? Pernyataan saya ini konsisten dengan tesis 3: "Tidak ada seorang pun yang layak dihadapan Allah yang Maha Kudus". Bahkan kesalehan manusia seperti kain kotor dihadapan-Nya (Yesaya 64:6).

Mempertanyakan keadilan Allah dalam ketetapan-Nya memilih, artinya sama dengan menganggap diri layak dihadapan Allah: "Kalau sebagian yang dipilih, maka Allah juga wajib memilih sisanya...!". Ini jelas kesimpulan yang salah. Menganggap layak diri dihadapan Allah yang Kudus adalah kesombongan yang besar. Menganggap diri tidak layak dihadapan Allah yang Kudus itulah ketulusan yang sejati. Dan hanya mereka yang telah mengalami regenerasi dapat bertindak dengan ketulusan yan sejati. (Ingat kisahnya orang Farisi dan pemungut cukai)

Orang yang tidak dipilih pasti menerima keadilan Allah, yaitu dihukum oleh karena ketidaklayakannya/kesalahannya sendiri dan tempatnya di Neraka.

Orang yang dipilih sebenarnya adalah orang yang tidak layak juga, tetapi kasih karunia Allah telah diberikan untuk mereka. Keadilan Allah yang harus mereka "bayar" kepada Allah telah dibayar lunas oleh pengorbanan Kristus di Kalvari. Kristus mati hanya untuk mereka yang telah diberikan oleh Allah kepada Kristus.

Mungkin dalam pikiran anda timbul pertanyaan:"Kalau begitu percuma saja pertobatan orang-orang yang tidak dipilih, toh akhirnya mereka ke neraka?"

Jawab: Tidak akan pernah ada kondisi seperti pertanyaan diatas. Karena orang yang tidak layak, orang yang diperbudak oleh dosa, tidak pernah akan bertobat. Pertobatan sejati hanya di alami oleh mereka yang diregenerasi olek Kuasa Roh Kudus.

Mudah-mudahan Anda paham maksud saya ini. Salam Kasih Kristus Tuhan..!

Soli Deo Gloria.
SnK

0 tanggapan:

# catatan kaki