Versi cetak

Minggu, 04 Mei 2003 14.10

Keselamatan bagi Umat Manusia #2

— Persekutuan dalam Tuhan dan Kemanusiaan

ReligionBall
Religion Ball

Saat seseorang bertanya "dosa manakah yang disebut penghujatan terhadap Roh Kudus?" ketika saya katakan bahwa dosa yang tidak berampun hanyalah penghujatan terhadap Roh Kudus, maka saya katakan agar yang bersangkutan bertanya kepada Yesus yang mengucapkannya atau kepada Matius yang menuliskannya dalam Injil.

Sama sekali bukan maksud saya untuk melarikan diri dari diskusi. Malah [semula] saya berpikir bahwa pencantuman nomor-nomor ayat dalam posting tersebut dapat membantu untuk menemukan keterangan lebih lanjut dalam Alkitab.

Injil menurut Matius yang mencantumkan dosa penghujatan terhadap Roh Kudus itu berbunyi:

Sebab itu Aku berkata kepadamu: Segala dosa dan hujat manusia akan diampuni, tetapi hujat terhadap Roh Kudus tidak akan diampuni. Apabila seorang mengucapkan sesuatu menentang Anak Manusia, ia akan diampuni, tetapi jika ia menentang Roh Kudus, ia tidak akan diampuni, di dunia ini tidak, dan di dunia yang akan datangpun tidak.
— Matius 12:31-32

Ayat-ayat di atas diawali dengan pernyataan Yesus yang berbunyi:

Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku dan siapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia mencerai-beraikan."
— Matius 12:30

Kata bersama Aku dalam ayat di atas kerap dimaknai oleh sebagian orang Kristen sebagai pengikut Kristus alias menjadi Kristen. Itulah yang menurut saya menjadi akar persoalan.

Untuk itu, mari kita lihat rujukan silang tentang mereka yang tidak termasuk pengikut Kristus:

Kata Yohanes kepada Yesus: "Guru, kami lihat seorang yang bukan pengikut kita mengusir setan demi nama-Mu, lalu kami cegah orang itu, karena ia bukan pengikut kita."

Tetapi kata Yesus: "Jangan kamu cegah dia! Sebab tidak seorangpun yang telah mengadakan mujizat demi nama-Ku, dapat seketika itu juga mengumpat Aku. Barangsiapa tidak melawan kita, ia ada di pihak kita. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa memberi kamu minum secangkir air oleh karena kamu adalah pengikut Kristus, ia tidak akan kehilangan upahnya."
— Markus 9:38-40

Dari ayat-ayat dan rujukan silang di atas, kita menemukan beberapa hal yang dapat dicermati.

1. Sekutu dalam Tuhan

  1. Orang-orang yang bukan pengikut Kristus —yang dalam konteks bahasan ini dapat disamakan dengan orang-orang non-Kristen— ternyata memiliki juga kuasa untuk mengusir setan, dimana setan adalah representasi dari kekuatan anti-Tuhan atau kuasa kegelapan.

  2. Yesus mencegah para pengikut-Nya melarang orang-orang itu mengusir setan, karena Yesus menganggap mereka sebagai sekutu dalam melawan kekuatan anti-Tuhan walau mereka bukan pengikut-Nya. Sebagaimana dikatakan-Nya, iblis tidaklah mungkin melawan iblis (bdk. Markus 3:23).

Dengan demikian, Yesus sendiri yang menegaskan bahwa semua orang yang berjuang mengusir dan melawan kekuatan anti-Tuhan (setan, iblis, kuasa kegelapan) merupakan sekutu orang Kristen.

Dalam kesempatan lain bisa kita diskusikan modus keberadaan kekuatan anti-Tuhan secara nyata di bumi ini, yang bukan secara rohaniah belaka.

Mungkin akan timbul penyangkalan kita terhadap tesis di atas karena Injil mengatakan bahwa mereka melakukannya dalam nama Yesus, yang nota bene bermakna mempercayai (beriman kepada) Yesus.

Di sinilah kita ditantang untuk menunjukkan kesungguhan kita meresapkan pengakuan akan ketuhanan Yesus.

Konsep trinitas yang dipegang oleh umat Kristen kerapkali disikapi secara ambigu [dan kadang hipokrit]. Di satu saat, kita sangat menekankan ke-Kristus-an (kristologi) sedemikian hingga kita seakan mencabut-Nya dari kesatuan yang utuh dengan Bapa dan Roh Kudus.

Sayangnya, tidak jarang kristologi disamakan begitu saja dengan kekristenan (baca: agama Kristen) sehingga serta-merta menihilkan ajaran lain yang tidak mengakui Yesus sebagai jalan keselamatannya. Padahal, kita tidak pernah tahu sampai seberapa luas karya Bapa dan Roh Kudus [dan juga Yesus sendiri].

Namun, di lain pihak, ketika orang lain menganggap bahwa Yesus hanyalah manusia biasa yang dikaruniai kuasa-kuasa keilahian, kita bersikeras dan gagah-berani memaklumkan bahwa Yesus adalah Tuhan itu sendiri.

Padahal, jika kita panggah (konsisten) pada pengakuan ketuhanan Yesus, maka menjadi hak ajaran lain untuk menggunakan nama Tuhan (apapun nama yang mereka kenal) sebagai landasan mereka dalam menghadapi kekuatan anti-Tuhan. Karena hanya dengan kekuatan Tuhan sajalah manusia mampu mengatasi kekuatan setan.

Hal yang sejenis dapat kita temukan dalam beberapa denominasi Kristen yang amat mengutamakan kekuatan Roh Kudus untuk melakukan mukjijat-mukjijat dan pelepasan kuasa jahat. Apakah dengan demikian mereka telah melakukan kesalahan karena tidak menggunakan nama Yesus?

Menurut saya, semua itu tidak ada bedanya jika kita panggah pada ketuhanan trinitatis. Sehingga, tidak menerima Yesus sebagai Tuhan maupun juruselamat bukanlah suatu tindakan yang identik dengan penghujatan terhadap Roh Kudus.

2. Perlakuan Terhadap Sesama

Yesus pun menekankan bahwa orang-orang non-Kristen yang memberi air minum kepada orang Kristen akan memperoleh upahnya (bdk. Markus 9:40).

Dalam kebudayaan Timur Tengah masa lalu, memberikan air minum kepada musafir adalah sebuah kebiasaan yang sangat wajar. Tidak istimewa. Mereka menyediakan ember di sumur atau guci berisi air di luar rumah agar orang yang lewat dapat memperoleh air minum yang sangat diperlukan dalam perjalanan mereka melintasi gurun.

Dengan demikian, setiap orang yang memperlakukan orang Kristen secara wajar adalah orang-orang yang berhak mendapat imbalan.

Hal ini sebenarnya berlaku juga secara timbal-balik. Jangan karena kita adalah orang Kristen maka kita menuntut pelayanan dari orang non-Kristen. Malah Yesus mengajarkan agar kita mengasihi musuh kita dan berdoa bagi penganiaya kita dan tidak membedakan perlakuan kita terhadap sesama hanya karena perbedaan agama.

Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar.

Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian? Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Allahpun berbuat demikian?

Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.
— Matius 5:44-48

Malahan kita harus mampu melakukan dan memberikan lebih daripada orang-orang non-Kristen.

Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu. Dan kepada orang yang hendak mengadukan engkau karena mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu. Dan siapapun yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil.
— Matius 5:39-41

Itulah bukti kelebihan sekaligus beban ganda orang Kristen di dunia.

Namun, tidak berarti hal itu menutup peluang bagi orang-orang non-Kristen untuk memperoleh karunia keselamatan Tuhan. Tuhan yang mahakasih tentu tidak buta pada ketulusan manusia-manusia yang berkehendak baik. Maka, semua manusia bisa menjadi sekutu dalam Tuhan guna melawan kuasa-kuasa kegelapan yang anti-Tuhan. Mereka semua bersama dengan Yesus.

Sebab itu marilah kita mengejar apa yang mendatangkan damai sejahtera dan yang berguna untuk saling membangun.
— Roma 14:19

Kata orang Jawa,"Gusti Allah ora sare". Tuhan tidak tidur. Dia tidak buta.

— Minggu, 04 Mei 2003 14:10
[revisi: Kamis, 29 Desember 2005 01:05]

0 tanggapan:

# catatan kaki